Untuk menghindari dosa akibat golput, akhirnya saya berangkat juga ke TPS. Tau kan TPS? Bukan, bukan Tempat Pembuangan Sementara. Itu sampah. TPS yang saya maksud, Tempat Pemungutan Suara. Bersama dua orang anak saya. Lho, istrinya kemana? Hehehe, dia ikut kloter kedua bersama si mbak yang bantu di rumah. Membawa anak, semangatnya ingin memberi pendidikan politik sejak dini. Si kecil yang akan berumur 5 tahun September nanti, malah sudah sangat bernafsu untuk ikut ke TPS sejak saya pulang kerja kemarin. Berikut petikan pembicaraan kami kemarin.
"Yah, besok Ai ikut nyontreng ya..."
"Ya " Saya jawab singkat.
"Emang Ai udah didata sama ayahnya Abel ya Yah?"
Saya hanya tertawa terbahak-bahak. Didata? Darimana pula dia mendapat kata itu. Ayahnya Abel yang dimaksud adalah Pak Waluyo, salah satu penghuni Pos Ronda, yang mewakili RT saya menjadi anggota KPPS. Tau KPPS? Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara. Dulu saya kira, Ketua Panitia Pemungutan Suara. Sok tau ya... :D
Singkat cerita, saya sampai di TPS, daftar, tunggu dan dipanggil. Dengan sistem dan tempat yang sederhana, tapi dapat berjalan dengan lancar. Saya pun masuk bilik suara. Mendengar kata bilik, saya jadi ingat kalimat 'bilik korban lelaki'-nya Malaysia. Maksudnya adalah ruang bersalin. Entah benar atau hanya sekedar lucu-lucuan, saya tidak yakin.
Nah, di dalam bilik suara kedua anak saya membantu membukakan lipatan kertas suara yang nauzubillah gedenya. Di kertas suara DPD dan DPR saya mencontohkan mereka cara mencontreng. Dan selanjutnya mereka bergantian mencontreng. Masing-masing kebagian satu kertas suara. Dasar anak-anak. Mereka menanyakan mau contreng yang mana. Dan ketika saya tunjuk, malah mereka berdua teriak cukup keras menyebutkan nama partai tersebut. Orang di bilik sebelah, tersenyum melihat ke saya.
Ketika selesai, lipat dan masukkan ke kotak yang tersedia. Pas mencelupkan jari ke tinta, kembali anak-anak saya tidak mau ketinggalan. Ya sudah, clup! Saya dan Abang di jari kelingking kiri, si kecil jari telunjuk kanan.
Ada kejadian lucu dengan tinta di jari kelingking kiri ini, terkait dengan kebiasaan saya (maaf) ngupil. Ketika menonton quick count di salah satu tv swasta, secara tak sadar kelingking kiri saya bergerilya ke lubang hidung. Dan ketika saya tarik untuk melihat upil yang mungkin nyangkut, saya kaget melihat benda hitam besar di ujung jari kelingking. Eh, ternyata cuma warna hitam bekas tinta tadi yang saya kira upil. Sial!
Ceritakan juga kisah contrenganmu sobat!
Selamat Malam, Blogger! Selamat menikmati libur panjang bersama salam hangat dari sibaho.
"Yah, besok Ai ikut nyontreng ya..."
"Ya " Saya jawab singkat.
"Emang Ai udah didata sama ayahnya Abel ya Yah?"
Saya hanya tertawa terbahak-bahak. Didata? Darimana pula dia mendapat kata itu. Ayahnya Abel yang dimaksud adalah Pak Waluyo, salah satu penghuni Pos Ronda, yang mewakili RT saya menjadi anggota KPPS. Tau KPPS? Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara. Dulu saya kira, Ketua Panitia Pemungutan Suara. Sok tau ya... :D
Singkat cerita, saya sampai di TPS, daftar, tunggu dan dipanggil. Dengan sistem dan tempat yang sederhana, tapi dapat berjalan dengan lancar. Saya pun masuk bilik suara. Mendengar kata bilik, saya jadi ingat kalimat 'bilik korban lelaki'-nya Malaysia. Maksudnya adalah ruang bersalin. Entah benar atau hanya sekedar lucu-lucuan, saya tidak yakin.
Nah, di dalam bilik suara kedua anak saya membantu membukakan lipatan kertas suara yang nauzubillah gedenya. Di kertas suara DPD dan DPR saya mencontohkan mereka cara mencontreng. Dan selanjutnya mereka bergantian mencontreng. Masing-masing kebagian satu kertas suara. Dasar anak-anak. Mereka menanyakan mau contreng yang mana. Dan ketika saya tunjuk, malah mereka berdua teriak cukup keras menyebutkan nama partai tersebut. Orang di bilik sebelah, tersenyum melihat ke saya.
Ketika selesai, lipat dan masukkan ke kotak yang tersedia. Pas mencelupkan jari ke tinta, kembali anak-anak saya tidak mau ketinggalan. Ya sudah, clup! Saya dan Abang di jari kelingking kiri, si kecil jari telunjuk kanan.
Ada kejadian lucu dengan tinta di jari kelingking kiri ini, terkait dengan kebiasaan saya (maaf) ngupil. Ketika menonton quick count di salah satu tv swasta, secara tak sadar kelingking kiri saya bergerilya ke lubang hidung. Dan ketika saya tarik untuk melihat upil yang mungkin nyangkut, saya kaget melihat benda hitam besar di ujung jari kelingking. Eh, ternyata cuma warna hitam bekas tinta tadi yang saya kira upil. Sial!
Ceritakan juga kisah contrenganmu sobat!
Selamat Malam, Blogger! Selamat menikmati libur panjang bersama salam hangat dari sibaho.
25comments:
ssttt, kira2 pilihan apa ya partainya???
itu bukan bukti otentik
patut diselidiki..
bisa aja lho itu fotonya jarinya tetangga
atau jari orang yang dipasar abis bersihin cumi2?
(kan sama2 ada tintanya?)
harus foto orangnya, baru percaya
foto!foto!foto!foto!
foto!foto!
kalo ngga saya mau demo anarkhis ah!!
Get Free 3 Domain
Visit http://blog.afiszone.com
diriku nyontreng Kang Bahoo.. uhuy... heuheue kalok para manula smape 15 menit cuman bwt nglipet poster suaranya.. ixixiixix ... sampe kdg putus asa. wealah embuh wes tulung ini dilipetkan
Saya nggak milih yang DPD karena sama sekali nggak tau harus milih siapa.
Iya sebenarnya program itu kalau untuk yang skala besar bisa pake modem khusus, tapi kalo buat iseng2 doang pake hp ajah he..eh..
pengalaman saya mencontreng.
terimakasih, lam kenal....
saya nggak terdaftar, tapi kata MUI menyontreng itu fardhu kifayah kok...
dq banget lae...
Aku Golput karena Lupa. Jam setengah 12 ada tamu Ngobrol ngalor ngidul, tau-tau jam 1. Lari ke TPS wah dah bubaran, katanya ditutup jam 12. Tapi GPP wong dasarnya gak ada pilihan
Post a Comment
Berkomentar yang wajar ya kawan :)