Kalau melihat wanita bercadar saya sangat kagum. Apa yang saya kagumi? Saya pernah berbincang-bincang dengan dengan para lelaki komunitas wanita bercadar ini. Tepatnya sih mendengarkan dan sesekali bertanya. Mereka tidak terlalu mengkhawatirkan dunia. Mereka mengutamakan hidup di dunia semata-mata demi ibadah. Bukankah itu dahsyat?
Sejenak saya mengaca diri. Betapa saya sangat mengkhawatirkan dunia ini. Terutama dunia saya sendiri. Ya mengkhawatirkan hari esok, pekerjaan, pendidikan anak-anak, keuangan, keluarga, situasi dunia yang tidak menentu dan banyak lagi. Mungkin kita tidak terlalu menyadari bahwa kita sudah terlalu diperbudak oleh dunia. Hal ini bisa saja terjadi karena tuntutan keadaan yang sudah sangat berubah dari waktu ke waktu.
Saya jadi teringat cerita emak ketika saya tanya, apakah mereka dulu tidak mengkhawatirkan bagaimana masa depan saya nanti ketika mereka mendaftarkan saya di sebuah sekolah dasar inpres? Emak jawab: apa yang perlu dikhawatirkan, orang mau pintar atau bodoh kan bukan karena sekolah. Dan alhamdulillah, walau tidak bagus-bagus amat, kehidupan saya so far so good.
Ah, saya jadi ingat dua tahun lalu ketika saya dan istri harus hunting mencari sekolah yang baik buat Ogi. Betapa kami sangat mengkhawatirkan pendidikan anak kami. Padahal siapa yang bisa menjamin bahwa hal itu bisa membuat dia lebih baik? Tidak ada. Kita memang harus berikhtiar, tetapi jika sudah ditambah khawatir, kita stress sendiri sepertinya.
Bagaimana dengan para wanita bercadar itu? Ah, seandainya saya bisa seperti mereka, tidak mengkhawatirkan dunia yang kita lintasi tidak lebih dari 100 tahun. Tidak mengkhawatirkan sesuatu karena selalu berbaik sangka dengan segala ketentuan Tuhan. Entah kapan saya bisa begitu. Semoga Tuhan membimbing saya, Amin!
Selamat Malam, Bahoomian! Salam hangat dari sibaho buat Anda sekeluarga. Semoga berkah Tuhan selalu menyertai kita semua.
Sejenak saya mengaca diri. Betapa saya sangat mengkhawatirkan dunia ini. Terutama dunia saya sendiri. Ya mengkhawatirkan hari esok, pekerjaan, pendidikan anak-anak, keuangan, keluarga, situasi dunia yang tidak menentu dan banyak lagi. Mungkin kita tidak terlalu menyadari bahwa kita sudah terlalu diperbudak oleh dunia. Hal ini bisa saja terjadi karena tuntutan keadaan yang sudah sangat berubah dari waktu ke waktu.
Saya jadi teringat cerita emak ketika saya tanya, apakah mereka dulu tidak mengkhawatirkan bagaimana masa depan saya nanti ketika mereka mendaftarkan saya di sebuah sekolah dasar inpres? Emak jawab: apa yang perlu dikhawatirkan, orang mau pintar atau bodoh kan bukan karena sekolah. Dan alhamdulillah, walau tidak bagus-bagus amat, kehidupan saya so far so good.
Ah, saya jadi ingat dua tahun lalu ketika saya dan istri harus hunting mencari sekolah yang baik buat Ogi. Betapa kami sangat mengkhawatirkan pendidikan anak kami. Padahal siapa yang bisa menjamin bahwa hal itu bisa membuat dia lebih baik? Tidak ada. Kita memang harus berikhtiar, tetapi jika sudah ditambah khawatir, kita stress sendiri sepertinya.
Bagaimana dengan para wanita bercadar itu? Ah, seandainya saya bisa seperti mereka, tidak mengkhawatirkan dunia yang kita lintasi tidak lebih dari 100 tahun. Tidak mengkhawatirkan sesuatu karena selalu berbaik sangka dengan segala ketentuan Tuhan. Entah kapan saya bisa begitu. Semoga Tuhan membimbing saya, Amin!
Selamat Malam, Bahoomian! Salam hangat dari sibaho buat Anda sekeluarga. Semoga berkah Tuhan selalu menyertai kita semua.
7comments:
namun jangan khawatirlah dengan kemampuan analisa kita yang juga bawaan dari Dia...
tapi membaca tulisan mas sibaho, saya setuju dan tertarik dengan sudut pandang tingkat kepasrahan. :)
tapi ada benarnya juga, seperti kata mas pencerah, bahwa tentunya hidup kita bukan hanya soal akhirat, tapi juga berpijak di dunia, dunia sosial masyarakat. ^^
Post a Comment
Berkomentar yang wajar ya kawan :)