Kemarin blogwalking dan terdampar di sebuah web bimbel (bimbingan belajar). Saya cukup terenyuh membaca sejarah awal pendiriannya. Menjadi guru private seorang siswa yang 'juara 1' dari belakang hingga bisa menjadi ranking 3. Metodenya terpadu dengan melibatkan orangtua si siswa. Keren!
Dari mulut ke mulut, siswa private-nya bertambah. Singkat cerita, sukses hingga bisa mendirikan sebuah lembaga bimbingan belajar. Dan mulai memasuki tahap yang membuat saya jadi tidak bersimpati: franchise. Ya, visinya sudah bisnis. Dan banyak bimbingan belajar seperti ini. Maksudnya, membisniskan pendidikan. Terlepas dari apa visi misi tertulisnya, franchise itu identik dengan usaha berorientasikan profit.
Saya tidak habis pikir. Mengapa seorang siswa (katanya) bisa menjadi lebih pintar ketika mengikuti bimbel daripada sekedar mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Ada yang salah dengan sistem belajar mengajar di sekolah umum?
Oke, teknik belajar mengajarnya beda. Terus, mengapa teknik tersebut tidak diadopsi di sekolah-sekolah umum, mengapa hanya di bimbel adanya? Bukankah itu bukan sesuatu hal yang sulit? Bukankah para tenaga pengajar di bimbel itu juga banyak merupakan guru di sekolah umum? Berharap Pak Marsudiyanto dan Pak Sawali mampir memberi tanggapan :)
Cerita mengkomersilkan pendidikan tentu bukan cerita baru lagi. Permasalahan yang komplek dijadikan alasan. Mulai dari gaji tenaga pengajar yang rendah, subsidi yang minim belum dikurangi sunat menyunat, biaya operasional yang semakin tinggi, dan lain sebagainya. Para mahasiswa menjerit ketika dibebankan biaya macam-macam yang cenderung memberatkan. Pemerintah, boro-boro memberi solusi. Yang ada DPR mensahkan undang-undang badan hukum pendidikan. Undang-undang yang ditengarai bisa lebih memberikan keleluasaan bagi lembaga pendidikan untuk mandiri, tapi malah sangat rentan dengan komersialisasi. Semakin menangislah dunia pendidikan Indonesia. Semakin pesimis-lah anak-anak dari rakyat miskin Indonesia.
Pemerintah semestinya bisa melobi pihak swasta untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan negara ini. Buat koneksi ala HSDPA yang kencang sehingga apa yang dibutuhkan pihak swasta bisa dipersiapkan di dunia pendidikan kita. Jadi tidak ada lagi orang mabuk latah ikut-ikutan bimbel hanya untuk sekedar masuk ke perguruan tinggi negeri idaman. Cara-cara instan seperti itu tidak membuat pondasi yang kokoh bagi SDM Indonesia. Hanya menghasilkan generasi karbitan ala pencarian bintang pop yang ramai di televisi.
Sedikit melebar, saya cukup salut dengan Djarum Black dengan programnya Blackinnovationawards goes to campus dan Autoblackthrough goes to campus. Semoga program mulia yang ingin memajukan dunia pendidikan itu tidak dianggap sebagai metode rokokisasi para intelektual muda.
Selamat Sore, Blogger! Selamat bekerja esok hari, sampaikan salam sibaho buat keluarga Anda.
Dari mulut ke mulut, siswa private-nya bertambah. Singkat cerita, sukses hingga bisa mendirikan sebuah lembaga bimbingan belajar. Dan mulai memasuki tahap yang membuat saya jadi tidak bersimpati: franchise. Ya, visinya sudah bisnis. Dan banyak bimbingan belajar seperti ini. Maksudnya, membisniskan pendidikan. Terlepas dari apa visi misi tertulisnya, franchise itu identik dengan usaha berorientasikan profit.
Saya tidak habis pikir. Mengapa seorang siswa (katanya) bisa menjadi lebih pintar ketika mengikuti bimbel daripada sekedar mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Ada yang salah dengan sistem belajar mengajar di sekolah umum?
Oke, teknik belajar mengajarnya beda. Terus, mengapa teknik tersebut tidak diadopsi di sekolah-sekolah umum, mengapa hanya di bimbel adanya? Bukankah itu bukan sesuatu hal yang sulit? Bukankah para tenaga pengajar di bimbel itu juga banyak merupakan guru di sekolah umum? Berharap Pak Marsudiyanto dan Pak Sawali mampir memberi tanggapan :)
Cerita mengkomersilkan pendidikan tentu bukan cerita baru lagi. Permasalahan yang komplek dijadikan alasan. Mulai dari gaji tenaga pengajar yang rendah, subsidi yang minim belum dikurangi sunat menyunat, biaya operasional yang semakin tinggi, dan lain sebagainya. Para mahasiswa menjerit ketika dibebankan biaya macam-macam yang cenderung memberatkan. Pemerintah, boro-boro memberi solusi. Yang ada DPR mensahkan undang-undang badan hukum pendidikan. Undang-undang yang ditengarai bisa lebih memberikan keleluasaan bagi lembaga pendidikan untuk mandiri, tapi malah sangat rentan dengan komersialisasi. Semakin menangislah dunia pendidikan Indonesia. Semakin pesimis-lah anak-anak dari rakyat miskin Indonesia.
Pemerintah semestinya bisa melobi pihak swasta untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan negara ini. Buat koneksi ala HSDPA yang kencang sehingga apa yang dibutuhkan pihak swasta bisa dipersiapkan di dunia pendidikan kita. Jadi tidak ada lagi orang mabuk latah ikut-ikutan bimbel hanya untuk sekedar masuk ke perguruan tinggi negeri idaman. Cara-cara instan seperti itu tidak membuat pondasi yang kokoh bagi SDM Indonesia. Hanya menghasilkan generasi karbitan ala pencarian bintang pop yang ramai di televisi.
Sedikit melebar, saya cukup salut dengan Djarum Black dengan programnya Blackinnovationawards goes to campus dan Autoblackthrough goes to campus. Semoga program mulia yang ingin memajukan dunia pendidikan itu tidak dianggap sebagai metode rokokisasi para intelektual muda.
Selamat Sore, Blogger! Selamat bekerja esok hari, sampaikan salam sibaho buat keluarga Anda.
27comments:
Perlu disaluti itu kang :D
aku termasuk korban komersialisasi pendidikan bukan?
memang kurikulum sudah berat, dan bimbel kan sebenarnya hanyalah ekstensi, dan pengayaan saja...
sama halnya ketika saya diminta mengajari HTML. apa saya jualan HTML nya? hehehe saya di bayar untuk waktu saya. krn sebenernya bisa saja mereka belajar dari buku, dri tutorial.
ndak pernah ikut bimbel saya. subyek dalam hal ini siswa ataupun orangtua masih pny pilihan, belajar sendiri atau ikutan bimbel. jadi "korban komersialisasi" atau mandiri
sebenarnya sih diajarin juga oom, tapi ada beberapa hal yang katanya jadi "paten" di bimbel itu,, *itu kata guru aku yang dulu juga ngajar di primanaga:)*
@cebong: "Lebih ke waktu yang harus saya keluarkan."
waah, yang ini lebih kacau lagi,, lantas dimana dong jiwa "mendidik"nya?
nah, yang terakhir itu pas kayaknya, beda sekolah dengan bimbel itu yaa di "mendidik"nya itu tadi,, meskipun sekarang sekolah juga udah pada komersil,, apalagi kampus :|
i vote against BHP.
mohon mangapz kalo tidak berkenan,, hehe,,
Bimbel emang dibuat untuk dikomersilkan, soalnya kalo gak ingin mengeluarkan uang lebih, ya mending belajar yg tekun..
Yang menentukan jadi korban atau gak kan ya tetep murid murid itu..
Yang harus lebih ditekan mending guru2 PNS itu..
Jangan hanya mikirin jam pulang saja, tp pikirin gimana menjadikan murid2nya lebih pandai dan menjadikan murid2nya gak tergantung ama bimbel..
Seharusnya mereka malu menerima gaji dan memakai seragam itu kalau cuman mikirin jam pulang aja..
Faktor kesehatan pun dah jadi lahan bisnis, jaminan biaya Adm lebih didulukan dari pada penderitaan konsumen. Orang sakit sekarang bukan dianggap pasien, tapi konsumen, sasaran dalam menjual...!!!
Tapi emang bagus sih kalo bimbel...!!
tapi kalo bimbel privat jangan deh...!!
takutnya borring ja..!!!!
Ok Exis Ya..!! :D
Hehehe...ga pernah ikut bimble...secara cuma buang duit...kalo les musik iya....bes anak napsu selalu getok getok meja ...daripada meja hancur dan saya ga ngerti musik ya saya masukin ke sekolah musik.....biar dia gebukin drum bukan meja ma dasbor mobill....huahahahaha...tetep aja jadi korban tuh benda walo dah dimasukin sekolah musik juga...
Sangat tidak relevan dengan banyaknya kampenya partai politik yang membawa misi pendidikan gratis salah satunya dari " gartis "yang lain.
Sesuatu yang berawal mulia menjadi....
Ada berapa banyak jiwa menggantungkan hidup mencari makan disana maka meskinya berbahagialah kita yang dapat memberi lapangan kehidupan bagi mereka yang membutuhkan.
Tentu saja kualitas pendidikan tetap menjadi konsen kita.
saya buka blognya pak Sawali di hack ya Pak... hmmm serem bngt gambarnya
Jadi ingat pepatah Batah..., "Hepeng mangatur negaraon..."
Horas !!!
Sekarang baru kepikiran, kenapa itu tidak diajarkan disekolah (dimasukkan ke kurikulum) aja.
Baru ngeh kalo ternyata ilmu itu Mahal! Kesian yang tak punya duit
Get Free 3 Domain
Visit http://blog.afiszone.com
SALAH SATU MTS Negeri di Cipayung Jakarta mengadakan BIMBEL di kelas sendiri dengan mentor gurunya sendiri dan murid diwajibkan bayar Rp.920.000,- itupun katanya sudah subsidi silang dana BOS.
BAGAIMANA NICH PAK MENTERI, MOHON DILURUSKAN SEGERA, sudah gawat banget nich, KATANYA PENDIDIKAN GRATIS...........................
jadi udah menyimpang dari tujuan awalnya..
Peluang Usaha Terapi Ion Elektrik Rendam Kaki Detox
Artikel Manfaat Negative Ion Bagi Kesehatan
TEMPO ONLINE - Terapi Ion Elektrik Terbukti Bermanfaat
Terapi Kesehatan Murah
Post a Comment
Berkomentar yang wajar ya kawan :)