23 January 2009 | 10 comments | Sibaho Way

New insight from Leadership Training Program

Sharing saja. Ketika mengikuti leadership training setahun lalu, ada beberapa insight bagus yang saya dapatkan pada saat-saat akhir program. Training sendiri dilaksanakan 3 hari, dari Kamis hingga Sabtu di Waduk Jatiluhur, tepatnya di Pelopor Adventure Camp (PAC), bersama teman-teman dari affco (affiliate comp) lainnya.
Mulai dari kegiatan-kegiatan standar outbond, class hingga shubuh, kegiatan lagi, praktis tidak ada waktu tidur, hanya ishoma (istirahat sholat makan) dan itu pun sangat terbatas.
Oke, kita lompat langsung ke akhir hari ke-2. Jum'at malam kita menyeberang ke pulau di tengah Waduk Jatiluhur. Hanya bawa makanan secukupnya, kompor parafin dan misting. sampai di pulau sudah jam 20.00 dan dikasih waktu buat makan (masak dulu tentunya) hingga 20.30. Jam 20.30 hingga jam 21.00 ada pengarahan, dilanjut dengan class. Sama dengan kegiatan classs sebelumnya, class disini adalah pemberian materi dari trainer, di alam bebas, gelap-gelapan hanya emergency lamp yang menerangi flip chart plus api unggun ditengahnya. Tidak ada kegiatan tulis menulis oleh peserta. Class sampai jam 23.00. Salut deh buat trainer nya, jauh-jauh datang dari Jakarta, tengah malam, ke tengah waduk pula.
Acara dilanjutkan dengan semacam Jurit Malam gitu. Kita melakukan pendakian ke gunung, masing-masing 2 orang, dimana nanti di setiap pos akan diuji atau ditanyakan seputar materi yang telah diberikan pada class-class yang telah diikuti. Di lain kesempatan saya akan menulis sesi ini tersendiri.
Singkatnya, acara Jurit Malam selesai jam 05.00 pagi dan kita dikasih waktu Ishoma hingga jam 06.30. Selanjutnya kita disuruh merapihkan perlengkapan karena akan menyeberang kembali ke markas PAC. Semua perlengkapan dimasukkan ke satu perahu. Tapi kemana perahu yang lain? Ketika kita melihat di pantai banyak drum plastik dan kayu-kayu, kita sudah mulai curiga. Dan memang benar.
Dari awal kegiatan, kita sudah dibagi 3 tim, masing-masing 9 orang. Dan sekarang ketiga tim disuruh membuat rakit dari drum plastik untuk menyeberang. Jumlah drum, kayu dan tali dibatasi. Masing-masing tim diperbolehkan membuat dan mendesain sebaik mungkin. Diantara ketiga tim, tim saya adalah yang terbaik, baik dari sisi desain (aerodinamis dan memperhatikan sisi ergonomy ketika mengayuh) juga sisi kekuatan (kebetulan ada 3 orang yang jago tali temali). Waktu 1,5 jam yang diberikan habis. Semua tim dikumpulkan, diacak dan disuruh melakukan inspeksi kualitas terhadap rakit tim lain selama 15 menit. Pesannya: Ingat, ini menyangkut keselamatan teman Anda nanti di tengah Waduk!
Selesai inspeksi, kasih masukan ke tim yang bersangkutan dan tim melakukan perbaikan jika dirasa perlu. Dikasih waktu setengah jam untuk melakukan perbaikan. Kumpul lagi, suruh inspeksi kembali terhadap perbaikan yang sudah dilakukan alias re-check. Kebetulan rakit yang kita inspeksi tali-temalinya kendor, disuruh kunci dengan kayu malah tidak dilakukan. Di sini hati mulai bosan, apalagi tim yang dikasih masukan menganggap enteng. Biar cepat, akhirnya kita biarkan saja kondisi itu. Toh bukan rakit kita ini, rasain aja nanti sendiri di tengah waduk. Begitu kira-kira. Kumpul lagi. Ditanyakan kembali, apakah semua sudah baik, semua menjawab kompak: OK! Maklum, sudah 2 hari 2 malam belum tidur, bawaannya sudah mau cepat-cepat menyeberang pulang saja. Informasi tambahan, jarak dari pulau ke markas PAC kurang lebih 7km.
Semua tim disuruh berbaris dekat rakit masing-masing. Dayung dan pelampung dibagikan. Dan sesuatu hal yang tak terduga pun dimulai. Tim A disuruh berjalan ke arah rakit tim B, Tim B ke rakit tim C dan tim C ke rakit tim A. Ya, kita disuruh mengendarai rakit yang dibuat oleh tim lain. Tidak fair ! Itulah tanggapan pertama tim saya. Salah satu anggota tim ngambek tidak mau naik. Tapi tidak ada gunanya. Itu merupakan salah satu rules of the game. Tim yang menggunakan rakit yang kami buat meluncur dengan cepat, sementara kami terseok-seok. Di tengah waduk, salah satu ikatan lepas dan drum lepas. Terpaksa kaki harus mengepit drum sambil mendayung. Sempurnalah penderitaan tim. Hanya dengan semangat membara dan kebersamaan yang kuat yang membuat tim sampai ke markas PAC di urutan kedua. Padahal ada dua orang di tim yang sangat phobia air.
Anda bisa dapat insight-nya?
  1. Ya. Kita harus siap bekerja dimanapun, dengan siapapun, even harus meninggalkan departemen/tim yang telah susah payah kita bangun dengan baik. Menjadi mudah bagi saya menerima ketika saya dipercaya membenahi bagian produksi dan meninggalkan kenyamanan bersama bagian PPIC yang sudah saya benahi dengan kerja keras.
  2. Dalam organisasi, suatu bagian tidak bisa bagus sendiri sementara bagian lain tercecer. Harus seimbang sehingga tujuan organisasi tercapai. Bayangkan, seandainya rakit dikendarai oleh tim pembuat, belum tentu semua tim sampai ke tujuan. Dan tim yang pertama finish tetap tidak bisa pulang duluan jika tim lain belum sampai.
  3. Jangan bermain-main dengan kualitas, apalagi menyangkut keselamatan ! Karena bisa jadi suatu saat malah kita yang menggunakannya. Karena bosan melakukan inspeksi, akhirnya insiden tali lepas di tengah waduk terjadi.
  4. Dalam kondisi sulit apa pun, tetap optimis dan semangat. Tidak ada gunanya berandai-andai. Manfaatkan semua sumberdaya yang ada. Hadapi kenyataan dan segera lakukan tindakan. Apapun hasilnya, pastikan itu yang terbaik.
Punya pengalaman yang sama?

Related Post



10comments:

Post a Comment

Berkomentar yang wajar ya kawan :)

Supporting Websites