16 February 2009 | 17 comments | Sibaho Way

Talk about Pos Ronda

Tahu Pos Ronda? Pastinya bukan nama sebuah sebuah media cetak ataupun online. Ada juga yang bilang Pos Siskamling-pasti sebutan ini produk zaman Suharto karena terlihat dari singkatannya yang ABRI banget. Sebuah tempat kongkow kelas bawah (cukup aneh jika ada kalangan atas yang mau bergabung) untuk melepas kepenatan.
Namun di sini semua pembicaraan alami, meluncur begitu saja tanpa ada tendensi dan pemikiran yang ribet atau macam-macam. Mulai dari politik, ekonomi, bisnis, sosial, lingkungan hidup, gosip artis sampai masalah seks (baca: porno). Dan tentunya obrolan dengan semangat pos ronda: semakin malam semakin ngawur (biasanya jatah yang paling malam ya, yang jorok-jorok dan porno).

Pos Ronda tidak perlu bagus biar nanti tidak dikira mal, yang penting bisa menampung kurang lebih 7 orang. Bisa terbuat dari kayu, bambu atau ada juga yang dari bahan agak mendingan: beton. Yang umum sih dengan bambu. Selain murah juga bisa dipindah jika sudah bosan pada satu tempat (biasanya yang bosan adalah istri warga yang keberisikan karena pos terlalu dekat dengan rumahnya dan suaminya lebih sering nongkrong di pos daripada nongkrongin dirinya).

Makanan di pos ronda juga tergolong sederhana dibanding acara hajatan Pak Lurah. Kacang, snack dan kopi. Kalau bendahara RT lagi bolong, bisa dibelikan ikan atau ayam buat bakar-bakar. Dan anehnya, pak RW selalu tahu jika ada acara bakar ayam. Beliau langsung nongol dengan wajah sumringah berkobar-kobar.

Tapi, dengan segala keterbatasan Pos Ronda itu, dari sana banyak mengalir kejadian-kejadian dan obrolan yang lumayan inspiratif. Contohnya ya tulisan ini :D

Orang-orang yang sering nongkrong di Pos Ronda juga variatif, kata sopan dari lucu. Berikut nama-nama orang yang rutin nongkrong, hingga satu persatu ditelepon oleh istri masing-masing (kalau gak bawa hp, anak disuruh menyusul).
Ini dia para pemeran utamanya:
Pak RT, selalu rajin datang walau nanti pulang sebentar dengan alasan menidurkan anak dan biasanya gak balik lagi sih.
Pak Waluyo yang selalu dan paling rajin nongkrong di Pos Ronda. Ya, dia memang mesti rajin ikut nongkrong. Soalnya kalau ada yang butuh rokok atau kopi atau snack maka dia pasti cepat bertindak. Apalagi kalau pas mati lampu, dia rajin menanyakan siapa yang belum punya lilin. Maklum dia punya warung.
Pak Dodik juga rajin nongkrong. Apalagi kalau malam-malam dimana dia akan menginap di hotel tempat dia kerja shift malam.
Pak Joko adalah orang yang ditunggu di Pos Ronda. Urusan snack dan kopi tergantung belaskasihannya. Paling-paling juga nanti dia pusing pas membuat laporan pertanggungjawaban keuangan RT.
Pak Satriyadi, kalau yang ini kebalikan jailangkung: datang kalau dijemput dan pulang minta diantar. Kebetulan secara fisik juga kurus ya kayak jailangkung memang.
Pak Asep lebih memilih nongkrong di Pos Ronda daripada di rumah diajak diskusi oleh istrinya soal sinetron-sinetron di TV.
Pak Ishak adalah manusia yang rajin lewat dan menyapa warga yang sedang di Pos Ronda. Walau sekarang sudah berubah, dulu Dia sangat sibuk dengan kerja lemburnya. Tidak ada tanggal merah di kalender kerjanya. Biasanya kita paksa mampir jika ada pembahasan mengenai perijinan-maksudnya masalah peri dan jin. Pak Ishak memang cukup kompeten dalam tangkap menagkap hantu, setidaknya menurut dia.

Yang lain masih banyak walaupun hanya sebagai komentator atau mesam-mesem doang. Ada juga sih yang tidak pernah nongkrong sama sekali. Selidik punya selidik, ternyata masuk kategori suami-suami takut istri. Beeeuuhhh...!

Selamat Sore, Blogger! Masih ada salam hangat dari Sibaho untuk Anda sekeluarga.

Related Post



17comments:

Post a Comment

Berkomentar yang wajar ya kawan :)

Supporting Websites